Translate

Minggu, 19 Oktober 2014

Kushin-ryu Kata

Kushin-ryu Kata 

Kata , secara literal disebut "bentuk", adalah sebuah kalimat bahasa Jepang yang menggambarkan pola detail dari gerakan-gerakan yang dilatih baik secara perorangan maupun berpasangan. Masing-masing merupakan suatu sistem bertarung yang lengkap, dengan gerakan-gerakan dan postur/bentuk dari kata menjadi petunjuk dari bentuk dan struktur dari teknik yang terkandung di dalam kata.
Kata karate dilakukan sebagai rangkaian tertentu berbagai gerakan, dengan melangkah dan putaran saat berusaha mempertahankan bentuk yang sempurna. Praktisi diberi petunjuk untuk memvisualisasikan serangan dan respon musuh/lawan. Karateka 'membaca" sebuah kata untuk menjelaskan peristiwa yang dibayangkan. Kata ini tidak dimaksudkan sebagai penggambaran literal dari pertarungan pura-pura, tapi sebagai tampilan dari cara transisi dan mengalirnya bentuk dan gerakan satu ke berikutnya, mengajarkan murid bentuk dan posisi yang benar, dan mendorong mereka untuk memvisualisasikan sekenario yang berbeda untuk penggunaan setiap gerakan dan teknik. Ada berbagai bentuk kata, masing-masing dengan banyak variasi kecil. (Sumber: Wikipedia)

Kata karate Kushin-ryu terbagi dalam dua kategori yaitu:
1. Kihon Kata, terdiri dari: Sanchin, Rokkishu, Naifanchin 1, 2, 3.
2. Kaishu Kata, terdiri dari: Pin'an (1, 2, 3, 4, 5), Passai, Kushanku, Seienchin.
Total 13 buah kata yang (diprediksi) diturunkan langsung dari Sannosuke Ueshima kepada murid-muridnya.
Selain dari kata karate, Kushin-ryu juga memiliki beberapa kata kobudo, diantaranya adalah kata bojutsu, kata saijutsu dan kata kenjutsu/iaijutsu.
(Sumber: Kushinryu Fundamental)




Rabu, 15 Oktober 2014

Goju-ryu

Goju-ryu 剛柔流


Goju-ryu dapat diartikan sebagai "Hard and Soft Styles" atau gaya keras dan lembut yang merupakan salahsatu aliran karate tradisional dari Okinawa. Mengkombinasikan teknik keras dan lembut. Dua prinsip itu berasal dari sebuah buku beladiri yang terkenal yang dipelajari oleh master-master di Okinawa pada periode abad ke-19 dan 20 yang bernama Bubiji ( 武備志 ) atau Wubei Zhi. Go, yang berarti keras, ditujukan pada bentuk teknik tangan tertutup dan serangan langsung, Ju, yang berarti lembut, ditujukan pada bentuk teknik tangan terbuka dan gerakan melingkar. Goju-ryu memadukan kedua bentuk teknik tersebut di dalam kurikulumnya. Mengkombinasikan serangan keras seperti menendang dan memukul menggunakan kepalan dengan teknik melingkar menggunakan tangan terbuka untuk menyerang, menerima serangan, dan mengontrol lawan termasuk di dalamnya kuncian sendi, bergulat, menjatuhkan dan melempar lawan.
Penekanan utama diberikan pada pernafasan yang benar dalam semua kata khususnya kata Sanchin yang merupakan satu dari dua kata utama dalam gaya/aliran ini. Kata yang kedua dinamakan Tensho, bertujuan untuk mengajarkan kepada murid tentang teknik lembut di dalam sistem. Metode berlatih Goju-ryu mencakup penguatan dan penempaan tubuh, pendekatan dasar bertarung (jarak, kerapatan, penyaluran tenaga, dll.), dan latihan berpasangan.

Perkembangan Goju-ryu berawal dari Higaonna (Higashionna) Kanryo (1853-1916), penduduk asli Naha, Okinawa. Higaonna mulai belajar Shuri-te saat kanak-kanak. Pertama kali tertarik dalam seni beladiri pada tahun 1867 saat mulai berlatih  Luohan atau tinju arhat kepada Arakaki (Aragaki) Seisho, seorang juru bicara dan penerjemah bahasa China yang fasih bagi pengadilan Kerajaan Ryukyu.
Pada tahun 1870, Arakaki pergi ke Beijing menjadi penerjemah bagi pemerintah Ryukyu. Pada saat itulah ia merekomendasikan Higaonna kepada Kojo Taitei, dimana Higaonna mulai belajar.
Higaonna Kanryo

Dengan bantuan Taitei dan seorang teman keluarga, Higaonna akhirnya berhasil mengatur perjalanan, penginapan dan instruksi beladiri yang aman ke China. Tahun 1873 ia berangkat ke Fuzhou di Fujian, China, tempat di mana ia mulai mempalajari ilmu beladiri China dari beberapa orang guru. Pada tahun 1877 mulai berguru pada Ryu Ryu Ko. Tokahiki Iken mengidentifikasinya sebagai Xie Zhongxiang, pendiri Kungfu Bangau Rejan. Zhongxiang mengajari beberapa pelajar Okinawa yang kelak menjadi karateka legendaris.
Higaonna kembali ke Okinawa pada tahun 1882 dan melanjutkan bisnis keluarga berjualan kayu bakar sambil mengajar sekolah beladiri baru, dibedakan oleh perpaduan go-no (keras) dan ju-no (lembut) kenpo ke dalam satu sistem. Gaya Higaonna dikenal dengan Naha-te. Sejarah Goju-kai menganggap bahwa Chinese Nanpa Shorin-ken adalah kungfu yang mempengaruhi gaya ini.
Higaonna Morio mencatat bahwa di tahun 1905, Higaonna Kanryo mengajarkan seni beladiri dalam dua cara yang berbeda, berdasarkan tipe murid-muridnya. Di rumah, ia mengajarkan Naha-te sebagai seni beladiri yang tujuan utamanya adalah kemampuan untuk membunuh lawan, namun, saat di Sekolah Menengah Naha, dia mengajarkan karate sebagai bentuk pendidikan jasmani, intelektual dan moral.
Murid Higaonna yang paling menonjol adalah Chojun Miyagi (1888-1953), putra dari saudagar kaya di Naha, yang memulai latihan seni beladirinya  kepada Higaonna saat berusia 14 tahun. Miyagi pertama kali berlatih beladiri saat usia 11 tahun kepada Arakaki, dan memalui Arakaki lah dia diperkenalkan kepada Higaonna. Miyagi berguru kepada Higaonna selama 15 tahun hingga wafatnya Higaonna pada tahun 1916.
Chojun Miyagi

Tahun 1915, Miyagi dan seorang temannya, Gokenki (Wu Xian Gui), pergi ke Fuzhou mencari guru dari Higaonna. Mereka tinggal selama setahun dan berguru kepada beberapa master tapi sekolah tua telah hancur saat pemberontakan Boxer. Tak lama setelah mereka kembali, Higaonna wafat. Banyak murid Higaonna yang melanjutkan pelatihannya dengan Miyagi dan dia memperkenalkan kata bernama Tensho yang diadaptasi dari Rokkishu, Jurus Bangau Putih Fujian. 
Go Kenki (Wu Xian Gui)

Murid paling senior Higaonna, Juhatsu Kyoda mendirikan sekolah bernama Toon-ryu (Toon adalah cara lain menyebut karakter China dari nama Higaonna, jadi Toon-ryu berarti "gaya Higaonna"), lebih melestarikan pendekatan Higaonna terhadap Naha-te.

Juhatsu Kyoda 
 
Di tahun 1929, delegasi-delegasi dari seluruh Jepang mengadakan pertemuan di Kyoto untuk Demonstrasi Seni Beladiri se-Jepang. Miyagi tidak dapat hadir, jadi dia mengutus murid seniornya Jin'an Shinzato untuk hadir. Selama Shinzato di sana, salahseorang pendemo menanyakan nama seni beladiri yang dipelajarinya. Saat itu, Miyagi belum memberi nama bagi gayanya. Tidak mau dipermalukan, Shinzato berimprovisasi dengan nama hanko-ryu ("gaya setengah keras"). Ketika kembali ke Perfektur Okinawa, dia melaporkan kejadian ini kepada Chojun Miyagi, yang kemudian memutuskan nama Goju-ryu sebagai nama dari gayanya. Chojun Miyagi mengambil nama itu dari baris syair Hakku Kenpo, yang berarti "Delapan Hukum Pukulan", dan menjelaskan delapan unsur dari seni beladiri.  Syair ini adalah bagian dari Bubishi yang berbunyi, Ho wa Goju wa Donto su "cara menghirup dan menghembuskan nafas adalah kekerasan dan kelembutan" atau "segala sesuatu di alam semesta ini menghirup nafas dengan lembut dan menghembuskan nafas dengan keras".


                                                                 Shinzato Jin'an

Di bulan Maret 1934, Miyagi menulis Karate-do Gaisetsu ("Garis besar Karate-do (cara tangan China)"), untuk memperkenalkan karate-do dan menyediakan penjelasan umum mengenai sejarah, filosofi dan aplikasi. Tulisan tangan monograp ini merupakan salahsatu dari sedikit karya tulis yang ditulis oleh Miyagi sendiri.
Rumah Miyagi Hancur ketika Perang Dunia II. Di tahun 1950, beberapa muridnya mulai bekerja membangun rumah dan dojo untuk Miyagi di Naha, yang selesai tahun 1951. Di tahun 1952, mereka mempunyai ide membentuk sebuah organisasi untuk mempromosikan perkembangan Goju-ryu. Organisasi ini bernama "Goju-ryu Shinkokai" (Asosiasi untuk mempromosikan Goju-ryu). Anggota pendirinya adalah Seiko Higa, Keiyo Matanbashi, Jinsei Kamiya dan Genkai Nakaima. Ada dua tahun dimana Goju-ryu diakui oleh Jepang. Pertama, 1933, tahun di mana Goju-ryu secara resmi diakui sebagai budo di Jepang oleh Dai Nippon Butoku Kai, dengan kata lain, saat itu diakui sebagai seni beladiri modern atau gendai budo. Tahun yg ke-2, 1998, tahun dimana Dai Nippon Butoku Kai mengakui Goju-ryu Karate-do sebagai bentuk klasik dari seni beladiri (koryu) dan bujutsu. Pengakuan sebagai koryu bujutsu ini memperlihatkan perubahan bagaimana masyarakat Jepang melihat hubungan antara Jepang, Okinawa dan China. Hingga 1998, hanya seni beladiri yang dipelajari samurai di pulau utama Jepang yang diterima sebagai koryu bujutsu.


*sumber: Wikipedia

                                  


Selasa, 14 Oktober 2014

Delapan Pokok Kebajikan

Delapan Pokok Kebajikan

 Kasih Sayang (Jin)
Kejujuran (Gi)
Sopan santun (Rei)
Kecerdasan (Chi)
Kepercayaan (Chuu)
Keramahtamahan (Kou)
Kepatuhan kepada orang tua (Tei)

Nilai-nilai kebajikan itulah yang diharapkan menjadi landasan hidup bagi setiap orang dalam kehidupan, tidak terkecuali dalam sikap mempelajari Bu (beladiri Jepang).
Hakikat utama mempelajari Bu termasuk karate-do adalah penajaman dan penempaan semangat (ki) dan jiwa (seishin), guna menemukan hakikat dari sebuah karakter.
Dalam mempelajari Bu, kemampuan kita dalam menyeimbangkan ki yang diperoleh dari alam semesta merupakan unsur terpenting, karena ki memiliki dua sisi yang berbeda yaitu yin dan yang. Seperti karate-do, budo juga berdasarkan prinsip keseimbangan yang (positif) dan yin (negatif), yang diwujudkan dalam berbagai gerakan cakupan tangan dalam penerapannya.
Dalam budo, terdapat unsur penting, yaitu semangat dan teknik. Keselarasan kedua unsur ini dalam mempraktekkan budo, akan membuahkan hasil yang terbaik dan memuaskan. Ini berbeda dengan bujutsu yang memprioritaskan teknik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa budo lebih memberikan manfaat bagi orang dalam proses memahami kehidupan dibandingkan dengan bujutsu.
Dengan memahami budo secara mendalam, setiap orang dapat mengenal hakikat kehidupan orang Jepang, karena dalam budo terkandung unsur-unsur filosofis hidup bangsa Jepang.
BUDO



*SUMBER: "HAKIKAT KUSHIN RYU" Soke Horyu Matsuzaki

Senin, 13 Oktober 2014

Kushin-ryu

Kushin-ryu
Kushin-ryu didirikan oleh Kiyotada Sannosuke Ueshima, beliau lahir pada tahun 1893 di Kota Akou, Perfektur Hyogo (Kobe). Beliau mulai belajar beladiri ketika berumur 3 tahun di Sekolah Matsubara di bawah bimbingan Master Kiyotada Kahei Matsubara beliau memperdalam beladiri Konshin-ryu Juhojutsu. Saat berusia 9 tahun beliau bertemu Tuan Sugaya (Higaya) seorang petugas polisi di Kota Akou. Dari Tuan Sugaya beliau mempelajari dan berlatih jurus karate (kata) Channan dan Kushanku. Chanan adalah asal muasal kata Pin'an yang dikembangkan oleh Ankoh Itosu.

Pada tahun 1918, saat berusia 25 tahun Ueshima menerima gelar profesional Konshin-ryu Juhojutsu dari Master Matsubara dan Master Guikyo Mazai Akada. Beberapa waktu kemudian Ueshima pindah ke Osaka, beliau membuka akademi Konshin-ryu dan kantor praktek pengobatan.
Beberapa guru karate dari Okinawa tiba di Osaka dan kepada mereka Ueshima berlatih cabang beladiri ini. Guru-guru karate itu diantaranya adalah Choki Motobu yang mengajarkan gaya Tomari-ha, Kanamori Kinjo mengajarkan gaya Goju-ryu dan Shorin-ryu, Chosin Chibana pendiri dan master gaya Shorin-ryu.
Kiyotada Sannosuke Ueshima

Pada tahun 1932, Ueshima mendirikan karate gaya Kushin-ryu, hasil dari penggabungan antara Konshin-ryu Juhojutsu dengan elemen karate yang telah dipelajarinya. Pada tahun 1895 telah berdiri sebuah organisasi beladiri pertama di Jepang yang bernama Dai Nippon Butoku Kai (DNBK) atau Asosiasi Beladiri Jepang Raya. Guru Ueshima menerima penghargaan sebagai Kyoshi dalam bidang bela diri Judo oleh DNBK pada tahun 1933. Juga pada tahun 1935 untuk pertama kalinya di Jepang, DNBK menganugerahi gelar Kyoshi kepada guru-guru karate. Guru-guru yang menerima penghargaan itu adalah Chojun Miyagi pendiri Goju-ryu, Sannosuke Ueshima pendiri Kushin-ryu, Yasuhiro Konishi pendiri Shindo Shizen-ryu.
Pada tahun 1946, di akhir perang dunia ke-2, DNBK dibubarkan. Di tahun 1965 guru Ueshima menerima penghargaan dari Judo Kodokan. Guru Kanamori Kinjo, master dari gaya Goju-ryu dan Shorin-ryu dan guru dari Ueshima kembali ke kampung halamannya di Okinawa dan menyebarkan gaya Kushin-ryu di sana. Pada tahun 1940, guru Kinjo menerima penghargaan Renshi di bidang karate dari DNBK.

Guru Ueshima meninggal dunia pada tanggal 6 September 1987 di usia 94 tahun di Kota Osaka. Soke kedua dari Kushin-ryu adalah Horyu Matsuzaki PhD.
Horyu Matsuzaki

*Sumber: Buku "Kushin-Ryu Fundamental" karya Hidetoshi Ohmine (Hanshi 8th DAN), Kushin-ryu Uruguay.
 

KYOKUJU INDONESIA

Apa itu KYOKUJU INDONESIA?
KYOKUJU INDONESIA adalah sebuah klub beladiri yang didirikan tahun 2013. Beladiri yang dikembangkan di klub ini adalah Karate dan Jujutsu. KYOKUJU sendiri merupakan singkatan dari Kyosenshikan (KYO) Karate (KU) Jujutsu (JU). 
Kyosenshikan memiliki arti "tempat berkumpul pejuang tangguh". Nama Kyosenshikan merupakan pemberian seorang praktisi, pemerhati dan peneliti muda karate yang bernama Raka Prasasti (kami biasa menyebutnya Mas/Sensei), Karate yang dipelajari di klub ini adalah karate aliran Kushin (Kushin ryu) dan aliran Goju (Goju ryu), sedangkan Jujutsu-nya dari aliran Kushin dan dari intisari teknik-teknik Kata yang ada di Kushin ryu dan Goju ryu.

Pendiri klub ini adalah Arifin Alif, mempelajari karate dan jujutsu Kushin ryu dari perguruan KKI dan karate Goju ryu dari perguruan GOJUINDO di Bandung, Jawa Barat.
Pelatih atau guru pertama yang memperkenalkan karate Kushin ryu kepadanya adalah ayahnya (Bapak Nazimudin), kemudian belajar lebih intensif lagi kepada guru dari sang ayah yang bernama Sensei Tukiman.
Setelah belajar dari Sensei Tukiman, beliau belajar juga dari Sensei Alan Sutiana di Dojo SMAN 5 Cimahi, dari Dojo inilah kemudian beliau mulai lebih memperdalam lagi dengan belajar dari Sensei Sofyan Hambally, Sensei Arman Hidayat, Sensei Eko Hendrawan, Sensei Lia Nurlianty dan Sensei-serta Senpai-senpai lainnya di Dojo Kopo 1967 Bandung.
Sekitar tahun 2005, beliau bertemu dengan seorang guru karate Goju ryu bernama Sensei Firdaus SA yang merupakan pendiri dari GOJUINDO (Goju ryu Jujutsu International Karate-do). Dari Sensei Firdaus inilah beliau mengenal dan memperdalam teknik karate Goju ryu.